Monday, May 5, 2008

Ilmu tak bermanfaat lahirkan akhlak tercela

Oleh Hashim Ahmad

"ILMU itu terbahagi dua iaitu ilmu hati (yang sampai ke hati) dan ilmu lisan (hanya di lisan). Ilmu hati itulah ilmu yang bermanfaat, sedangkan ilmu lisan adalah tercela." Demikian ucapan Al Hasan Al Bashri yang dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam buku Al Iman.

Orang munafik terkadang membaca al-Quran, memahami dan membenarkan bahawa ia adalah Kalamullah. Mereka mengakui yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah kebenaran tetapi mereka tidak beriman dengannya.

Orang Yahudi dan Nasrani pula mengenal Nabi Muhammad SAW seperti mengenal anak mereka sendiri tetapi mereka bukan orang Mukmin.

Contoh lain adalah iblis dan Firaun laknatullah. Keduanya mengakui kewujudan Allah dan Nabi tetapi mereka belum boleh disebut Mukmin. Mereka semua tidak mencapai ilmu dan makrifat secara sempurna kerana belum mengamalkan pengetahuan atau ilmu yang diperoleh.

Orang yang tidak mengamalkan ilmu yang dimilikinya disebut jahil. Ibnu Qudamah menyebut, ilmu yang tidak bermanfaat sebagai sumber akhlak tercela. Beliau memberi contoh ilmu yang tidak bermanfaat adalah berdebat.

Pada umumnya tujuan berdebat adalah untuk menampilkan kepandaian berbicara, menjatuhkan kehormatan lawan debat atau pihak yang terbabit dalam perdebatan itu semata-mata untuk mendapat pujian.

Oleh itu, kita diperintahkan memohon kepada Allah untuk mendapat ilmu yang bermanfaat. Antara doanya: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima (di sisi-Mu)." – (Hadis riwayat Ibnu Majah).

Dalam hadis lain, Nabi SAW mengucapkan doa yang bermaksud: "Ya Allah, berilah manfaat dengan apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku dan ajarkanlah apa yang bermanfaat untukku. Tambahkan aku ilmu. Segala puji bagi Allah pada semua keadaan. Aku berlindung kepada Allah dari azab neraka." – (Hadis riwayat Ibnu Majah dan Nasai).

Termasuk dalam ilmu yang bermanfaat ialah ilmu agama. Ilmu agama adalah lebih utama jika dibandingkan dengan ilmu keduniaan. Hal ini jelas daripada sabda Nabi SAW yang bermaksud: "Dunia akan pergi berlalu, dan akhirat dan datang menjelang, dan keduanya mempunyai anak. Maka jadilah kamu anak akhirat dan jangan menjadi anak dunia. Sesungguhnya pada hari ini hanya ada amal tanpa hisab (perhitungan), dan esok hanya ada hisab (perhitungan) tanpa amal." – (Hadis riwayat al-Bukhari).

Banyak keutamaan bagi mereka yang memiliki ilmu agama antaranya, ia adalah warisan para Nabi, ilmu itu tetap akan kekal sekalipun pemiliknya sudah mati dan sebanyak manapun disimpan ilmu tidak akan menyusahkan pemiliknya.

Ilmu akan menjaga pemiliknya sehingga memberi rasa nyaman dan aman. Lain halnya dengan harta yang semakin bertimbun, makin susah untuk mencari tempat menyimpannya. Ilmu boleh menghantar pemiliknya menjadi saksi atas kebenaran dan keesaan Allah tetapi tidak hartanya.

Rasulullah SAW menggambarkan pemilik ilmu dengan lembah yang menampung air bermanfaat terhadap alam sekitar.

Baginda bersabda yang bermaksud: "Perumpamaan daripada petunjuk ilmu yang aku diutus dengannya bagaikan hujan yang menimpa tanah, sebahagian di antaranya ada yang baik (subur) yang mampu menampung air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak. Di antaranya lagi ada sebahagian tanah keras yang (mampu) menahan air yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia untuk minuman, mengairi tanaman dan bercucuk tanam. Dan sebahagian menimpa tanah tandus kering gersang, tidak dapat menahan air yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Maka demikianlah ibarat orang yang memahami (pandai) agama Allah dan memanfaatkan apa yang dengannya aku di utus Allah maka dia mempelajari dan mengajarkan. Sedangkan orang yang tidak memperhatikan ilmu itu (sangat berpaling dan bodoh), dia tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus." (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

Ilmu juga pertanda kebaikan seorang hamba, ilmu cahaya menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan hamba Allah. Orang berilmu adalah cahaya bagi manusia lainnya.

Meneliti kisah seorang pembunuh yang membunuh 100 nyawa dapat memberi gambaran jelas mengenai hal ini. Dia membunuh seorang ahli ibadah sebagai korban ke 100 kerana jawapan bodoh ahli ibadah bahawa sudah tidak ada lagi pintu taubat bagi pembunuh nyawa manusia.

Akhirnya pembunuh itu datang kepada seorang alim dan di sana ia ditunjukkan jalan taubat. Maka dia pun mendapatkan penerangan bagi jalan hidupnya.

Sesungguhnya, ilmu menjadi simbol kemajuan dan kejayaan bagi sesuatu bangsa. Masyarakat dunia bersepakat mengatakan setiap bangsa yang ingin maju maka penduduknya hendaklah berilmu, pengetahuan dan harus berkiblat kepada negeri yang tinggi ilmunya.

Nabi Muhammad SAW mengecam orang yang mempelajari ilmu agama untuk berbangga-bangga. Baginda SAW bersabda yang bermaksud: "Barang siapa menuntut ilmu agama untuk berbangga-bangga di hadapan ahli ilmu atau mengelabuhi orang bodoh atau untuk mendapatkan perhatian khalayak maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka." (Hadis riwayat at-Tirmidzi)

Ilmu agama perlu digunakan untuk kebaikan dunia dan akhirat. Ilmu itu akan membawa kehidupan ke jalan lurus yang menghantar seseorang ke syurga dan menjauhkannya dari neraka jahanam.

Semoga Allah menganugerahkan kita ilmu yang bermanfaat dan terus menambahkan ilmu kepada kita seperti mana Dia menganugerahkannya kepada Nabi dan mereka yang ikhlas menimba serta memanfaatkan ilmu dipelajari.

No comments: